Petenis Roger Federer Terima Gelar Doktor Kehormatan



loading…

Roger Federer mendapat gelar doktor kehormatan di bidang humaniora dari universitas bergengsi Ivy League Dartmouth. Foto/News.com

AMERIKA SERIKAT – Legenda tenis dunia asal Swiss Roger Federer mendapat gelar doktor kehormatan di bidang humaniora dari universitas bergengsi Ivy League Dartmouth, Amerika Serikat.

Selain dinilai berprestasi karena memenangkan 20 gelar tunggal Grand Slam dan menduduki posisi nomor satu dunia selama 310 minggu sepanjang kariernya, Federer dianggap berjasa di bidang kemanusiaan. Sejak ia pensiun dari tenis pada 2022 lalu, pria berusia 42 tahun banyak terlibat dalam kegiatan filantropis dan badan amal.Saking populernya, sebuah film dokumenter tentang hari-hari terakhir karier olahraganya juga akan dirilis bulan ini.

News.com melansir, Jumat (14/6/2024) sosok Federer selalu menarik perhatian publik. Salah satunya ketika ia berpidato usai menerima gelar doktor. Pidato berdurasi 25 menit tersebut digambarkan sebagai pidato terhebat yang dipersembahkan seorang tokoh publik yang telah memenangkan 103 gelar dalam kariernya.

“Ini adalah kedua kalinya saya menginjakkan kaki di kampus perguruan tinggi. Tetapi entah bagaimana kampus ini memberi saya gelar Ph.D. Saya datang ke sini hanya untuk memberikan pidato, tapi saya tidak keberatan dipanggil Doktor Roger yang merupakan kemenangan saya paling tidak terduga,” ujar Federer yang terlihat mengenakan jubah toga mengkilat.

Bahkan ia sempat berkelakar bahwa mengalami kesulitan memakai jubah karena selama 35 tahun terbiasa mengenakan celana pendek tenis.

Federer yang meninggalkan bangku sekolah pada usia 16 tahun dan tidak melanjutkan pendidikan ke universitas bersyukur baru saja pensiun dari dunia olahraga yang membuatnya menjadi sosok baru, yakni selebritas.”Apa yang akan Anda lakukan ketika tidak lagi menjadi pemain tenis profesional? Ketidakberdayaan adalah sebuah mitos,” katanya.

Inti pidatonya mengajak semua orang untuk tidak menyerah ketika menjalani semua fase hidup. Federer menceritakan sejatinya apa yang ia raih berawal dari kerja keras.”Saya menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk merengek, mengumpat, melempar raket sampai saya belajar untuk tetap tenang,” kata pemain asal Swiss ini.

Ia juga membagikan cerita tentang satu pertandingan paling berkesan dalam kariernya, yakni final Wimbledon 2008 melawan Rafael Nadal. Publik sampaimenyebutnya sebagai pertandingan terhebat sepanjang masa. “Dengan segala hormat kepada Rafa, saya pikir akan lebih baik jika saya menang,” kata Federer.

Kalah di ajang Wimbledon menjadi sebuah masalah besar di kalangan petenis dunia karena menang di Wimbledon berarti segalanya. Menjelang akhir pidatonya, Federer meminta Direktur Universitas Dartmouth Sian Beilock untuk menyerahkan raket tenisnya, yang kemudian membuat seisi ruangan tertawa terbahak-bahak. Federer kemudian menutup pidatonya dengan pesan lain.

“Saya tidak akan pernah melupakan hari ini, dan saya yakin para lulusan 2024 juga tidak akan melupakannya. Anda bekerja sangat keras untuk sampai ke sini dan tidak meninggalkan apapun di lapangan. Permainan apapun yang Anda pilih, berikan yang terbaik. Cobalah keberuntungan Anda. Mainkan dengan bebas. Cobalah semuanya. Dan yang paling penting, bersikap baik satu sama lain, dan bersenang-senang,” ujar Federer.

MG/Muhammad Rauzan Ranupane Ramadan

(msf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *