Setelah menghadapi tekanan jual besar-besaran yang mengakibatkan anjloknya harga Bitcoin (BTC) pada 5 Agustus 2024, beberapa pakar menyebut hal itu membuktikan bahwa Bitcoin bukanlah emas digital seperti yang selama ini digembar-gemborkan.
Bahkan, saat pasar mengalami kekhawatiran terhadap ancaman resesi Amerika Serikat (AS) dan juga tekanan geopolitik yang memicu gejolak di ruang saham, turbulensi lebih kencang dirasakan oleh Bitcoin yang mengalami penurunan hingga 17%.
Analis eToro, Josh Gilbert. mengatakan bahwa tidak realistis untuk berpikir bahwa investor institusional mengalokasikan modal ke Bitcoin dengan alasan yang sama seperti emas. Pasalnya, kedua aset itu tidak memainkan peran yang sama dalam portofolio investasi.
Kondisi yang terjadi malah memperlihatkan bahwa Bitcoin merupakan kelas aset yang sangat peka terhadap potensi bahaya.
“jika investor panik atau ingin mengurangi utangnya, maka aset kripto akan menjadi aset pertama dalam daftar (yang dilepas),” jelasnya dalam laporan Bloomberg.
Untuk dipahami, disandingkannya Bitcoin dan emas disandarkan pada sifat keterbatasan kedua instrumen. Seperti diketahui, blockchain Bitcoin dirancang untuk secara otomatis memperlambat pembuatan token baru lewat proses halving.
Selain itu, jumlah pasokannya juga terbatas sama seperti emas yang memiliki total persediaan yang tidak bisa diproduksi kembali jika sudah ditambang. Pada akhirnya, hanya akan ada 21 juta Bitcoin yang beredar, dan hal itu membuat BTC memiliki sifat langka.
Pertaruhan Soal Masa Depan Bitcoin
Terlepas dari hal itu, tekanan yang mendera Bitcoin sepertinya mulai mereda. Sebab, aset kripto terbesar untuk kapitalisasi pasar itu saat ini sudah kembali ke jalur pendakian dan bertengger di level US$57.155.
Selain itu, BTC juga berhasil menjadi aset dengan kinerja terbaik yang berhasil naik 26% pada tahun ini, melewati pertumbuhan harga emas. Kepala Penelitian Galaxy Research, Alex Thorn, menjelaskan bahwa banyak investor memandang Bitcoin sebagai pertaruhan atas masa depannya sebagai emas digital.
Mengingat belum banyak negara berdaulat yang memiliki aset tersebut. Inisiatif yang dilakukan oleh El Salvador dan beberapa wilayah lain masih belum cukup untuk bisa mengangkat kelas aset baru tersebut menjadi instrumen yang benar-benar menjadi fasilitas lindung nilai.
Namun, kondisi tersebut kemungkinan bisa berubah dengan cepat jika Donald Trump memenangkan kontestasi politik di AS. Pasalnya, salah satu janji politik Trump adalah melarang penjualan Bitcoin milik pemerintah AS ke pasar dan menjadikannya cadangan strategis.
Bagaimana pendapat Anda tentang pandangan yang menyebutkan bahwa Bitcoin bukanlah emas digital ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.