Tim peneliti dari Korsel temukan inovasi baterai masa depan


Jakarta (ANTARA) – Para peneliti dari Institut Sains dan Teknologi Daegu Gyeongbuk (DGIST), Korea Selatan berhasil menciptakan baterai logam litium inovatif dengan memiliki “elektrolit polimer padat tiga lapis” yang diklaim dapat memadamkan api dan mempertahankan kinerja yang kuat meski sudah mencapai siklus pengisian yang cukup banyak. 

CarsCoop melaporkan bahwa dalam baterai polimer pada litium dapat membentuk struktur yang lebih kecil dan mirip dengan pohon yang disebut dendrit selama pengisian dan pengosongan daya.

Meski namanya mungkin terdengar tidak berbahaya, dendrit justru dapat merusak sambungan internal dalam baterai. Sehingga dapat meningkatkan risiko kebakaran dan ledakan secara signifikan. Tantangan yang sudah berlangsung lama ini telah mempersulit upaya dalam memaksimalkan potensi baterai logam litium—hingga saat ini.

Baca juga: Tesla mulai uji coba produksi di pabrik keduanya di Shanghai

Dalam hal ini, tim DGIST merinci struktur elektrolit tiga lapis inovatif yang dirancang untuk meningkatkan keamanan dan kinerja baterai. Desain cerdas ini mencakup lapisan luar yang lembut dan dapat memastikan kontak yang baik dengan elektroda, sementara lapisan tengah yang kuat diklaim dapat meningkatkan integritas struktural pada baterai tersebut.

Elektrolit tersebut semakin diperkuat dengan hadirnya zat pemadam api (decabromodiphenyl ethane), konsentrasi garam litium yang tinggi, dan zeolit, yang memperkuat keseluruhan kekuatannya. Meskipun spesifikasinya mungkin terdengar sangat teknis, hasilnya baterai menjadi lebih aman dan lebih andal.

Baca juga: Wuling resmikan fasilitas produksi baterai di Cikarang

Para peneliti dari Korea Selatan tersebut tidak hanya puas sampai di situ, menurut tim di balik pengembangannya, termasuk peneliti utama Dr. Kim Jae-Hyun, desain baterai ini memiliki daya tahan yang luar biasa yang dapat mempertahankan sekitar 87,9 persen kinerjanya setelah 1.000 siklus pengisian dan pengosongan daya.

Ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan sebagian besar baterai saat ini, yang biasanya kehilangan 20–30 persen kapasitasnya dalam jumlah siklus yang sama.

Selain itu, para peneliti melaporkan bahwa baterai tersebut dapat padam sendiri jika terjadi kebakaran. Kombinasi unik antara daya tahan dan keamanan ini berpotensi memberikan dampak besar pada industri baterai di kemudian hari nanti.

Baca juga: CATL merilis baterai cokelat untuk pertukaran baterai

“Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap komersialisasi baterai logam litium menggunakan elektrolit [polimer padat], sekaligus memberikan stabilitas dan efisiensi yang lebih baik [pada] perangkat penyimpanan energi,” kata Dr. Kim.

Secara lebih sederhana, teknologi ini dapat menghasilkan baterai yang lebih aman dan tahan lama untuk berbagai aplikasi.

Baca juga: Avatr 07 dan Neta L yang pertama gunakan baterai Freevoy dari CATL

Baca juga: LGES sepakat memasok baterai kendaraan listrik untuk Rivian

Pewarta:
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *