Jakarta (ANTARA) – Mitsubishi Australia menilai teknologi kendaraan elektrik hibrida plug-in (Plug-in Hybrid Electric Vehicle/PHEV) merupakan solusi terbaik yang bisa dijalankan saat ini untuk mengurangi emisi karbon.
Dalam hal ini, bos Mitsubishi Australia Shaun Westcott mengemukakan bahwa teknologi PHEV memiliki potensi paling besar untuk memberikan dampak terbesar dalam jangka pendek.
“Saya percaya bahwa PHEV adalah yang terbaik. Ini adalah solusi terbaik dalam jangka pendek untuk membuat dampak yang signifikan di sini, saat ini,” katanya sebagaimana dikutip oleh Drive pada Selasa.
Menurut dia, PHEV merupakan teknologi penghubung menuju ke masa depan tanpa emisi karbon, entah itu melalui penggunaan kendaraan berbahan bakar etanol atau bahan bakar nabati atau kendaraan listrik bertenaga baterai.
“PHEV, kami percaya, masih merupakan cara terbaik untuk masa transisi,” katanya.
Mitsubishi saat ini menawarkan sistem penggerak PHEV pada SUV Outlander dan Eclipse Cross.
Namun, saat kembali ke pasar kendaraan listrik pada masa mendatang, mereka akan mengandalkan mitra Aliansi Nissan untuk model BEV yang dapat didasarkan pada SUV Leaf atau Ariya generasi baru.
“Akan ada kombinasi PHEV, HEV, dan EV dalam jajaran produk kami di masa mendatang,” kata Westcott.
“Dalam jangka pendek, kami yakin plug-in hybrid adalah cara yang tepat untuk melibatkan Australia dalam teknologi baru,” katanya.
Baca juga: Mitsubishi bakal luncurkan delapan model baru di Australia
Baca juga: Mitsubishi dikabarkan beri sentuhan baru pada Outlander PHEV
Keputusan Mitsubishi Australia untuk tetap menggunakan teknologi PHEV dalam jangka pendek tampaknya membuahkan hasil baik karena pasar secara keseluruhan mulai “dingin” terhadap kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) dan merek-merek merevisi perkiraan mereka.
Sebagai gambaran, penjualan mobil listrik di Australia tahun ini hanya meningkat 11,6 persen sedangkan penjualan PHEV melonjak 127,4 persen.
Di Indonesia, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mobil hibrida rakitan lokal yang terjual selama Januari-April 2024 sebanyak 20.291 unit, hampir dua kali lipat dibandingkan angka penjualan BEV rakitan lokal yang sebanyak 11.051 unit.
Baca juga: Mitsubishi akan gabung aliansi Honda-Nissan untuk EV dan AI
Beberapa tahun yang lalu, teknologi PHEV dikritik karena menawarkan jarak tempuh terbatas dan manfaat efisiensi bahan bakar yang malah berpotensi merugikan.
Namun, belakangan semakin banyak produsen yang beralih dan menekuni teknologi tersebut.
BYD meluncurkan PHEV pertamanya, Sealion 6, awal tahun ini dan Toyota berkomitmen untuk menghadirkan PHEV ke ruang pamer lokal sebelum akhir dekade ini.
BMW M5 baru, Lamborghini Temerario pengganti Huracan, dan Bentley Flying Spur terbaru semuanya dilengkapi dengan pengaturan plug-in.
Selain itu, Volvo baru-baru ini mengubah rencananya dalam mengadopsi teknologi kendaraan listrik penuh, Toyota dilaporkan memangkas produksi EV, dan Ford membatalkan seluruh model listrik.
Baca juga: Toyota berencana pakai platform BYD untuk 3 model PHEV di China
Baca juga: Jaecoo J7 PHEV dapat menempuh hingga 88 km hanya dengan baterai
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024