Penerbit stablecoin Tether USD (USDT), Tether, baru saja mengikat kerja sama dengan salah satu entitas kripto asal Turki, BTguru. Langkah strategis ini dilakukan untuk memperkuat kehadiran perusahaan di wilayah Asia dan Eropa serta memberikan pemahaman yang lebih baik terkait aset kripto di Turki.
Dalam keterangan resminya dijelaskan, kolaborasi ini akan membuat masing-masing pihak mampu mengembangkan program komprehensif terkait blockchain ke banyak pihak, termasuk para pemangku kepentingan di sektor publik dan swasta.
Adapun tingginya tingkat adopsi aset digital di Turki menjadi alasan kuat bagi Tether untuk masuk dan menancapkan jejaringnya di sana. Betapa tidak, data dari Chainalysis menyebutkan, wilayah tersebut menerima transaksi aset kripto sekitar US$170 miliar atau sekitar Rp2.786 triliun pada tahun lalu.
Terlebih, devaluasi terhadap mata uang lokal, Lira, membuat masyarakat akhirnya mulai mengalihkan transaksi ke dalam bentuk stablecoin, khususnya USDT. Oleh karena itu, menurut Tether, aksi perusahaan di Turki sangat penting untuk membangun fondasi agar setiap individu bisa menghadapi tantangan dan peluang di era digital.
Chief Executive Officer (CEO) Tether, Paolo Ardoino, menambahkan bahwa baik Tether maupun BTguru percaya akan kekuatan transformatif aset digital dan teknologi peer-to-peer (P2P) yang mampu memberikan landasan kokoh bagi penggunaan mata uang virtual yang bertanggung jawab.
Turki Peringkat ke-4 untuk Volume Transaksi Kripto Terbesar
Administrasi Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) juga mengakui hal ini. Posisi Turki saat ini berada di peringkat ke-4 sebagai negara dengan volume transaksi kripto terbesar di dunia.
Mitra di BTguru, Can Bukulmez, menjelaskan bahwa sinergisitas ini menandai tonggak penting untuk memajukan edukasi aset digital di Turki. Sekaligus membuat lanskap keuangan menjadi lebih inklusif bagi bisnis dan individu.
Meskipun tidak dijelaskan secara rinci, kuat dugaan BTguru akan menjadi kepanjangan tangan dari Tether ke depannya. Pasalnya, perusahaan menyebut bakal mengaktifkan lini bisnis baru dengan Tether dan mengevaluasi penerapan skalanya secara vertikal ke perbankan dan bisnis aset digital.
Sejak pemilihan presiden pada Mei tahun lalu, permintaan akan USDT dilaporkan mengalami lonjakan. Banyak pihak yang akhirnya menganggap bahwa dengan stablecoin mereka bisa melindungi kekayaan karena salah satu mata uang virtual tersebut mempertahankan patokannya 1:1 dengan dolar AS secara konsisten.
Seorang dosen universitas yang berbasis di Istanbul, Ebru Guven, menerangkan bahwa berinvestasi di stablecoin merupakan salah satu cara untuk mempertahankan nilai saat inflasi sedang tinggi.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.