Volume transaksi kripto di Indonesia pada kuartal I/2024 berhasil melonjak nyaris 400% menjadi Rp158,84 triliun. Capaian itu dikatakan CEO Indodax, Oscar Darmawan, merupakan dampak positif dari keberpihakan pemerintah pada kelas aset baru tersebut.
Melalui keterangan resminya, Oscar mengatakan pertumbuhan yang terjadi di industri kripto tanah air merupakan refleksi dari tingginya minat masyarakat dan dukungan regulasi pemerintah.
Tren tersebut ternyata juga ikut berpengaruh pada kinerja perusahaan. Dirinya mencatat, jumlah pelanggan Indodax meningkat menjadi 6,5 juta pengguna dengan volume perdagangan yang bertumbuh lebih dari dua kali lipat di Maret lalu.
“Kenaikan transaksi kripto mencerminkan bahwa potensi pasar aset digital di negeri ini masih sangat besar dan kelas aset baru tersebut semakin diterima sebagai alternatif investasi yang menjanjikan,” jelas Oscar.
Oleh karena itu, faktor pengawasan dan juga edukasi yang tepat dikatakan Oscar benar-benar diperlukan guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Nah, untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator yang akan memegang tongkat pengawasan aset digital dan aset kripto dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga sudah memiliki beberapa kebijakan untuk mengatur dan memastikan ekosistem digital tetap aman.
Salah satunya adalah dengan menetapkan panduan keamanan siber dan mewajibkan entitas baru yang akan menjalankan bisnis aset kripto, melakukan pendaftaran dan masuk ke dalam sandbox guna menguji model bisnisnya.
Kenaikan Harga Bitcoin Turut Pengaruhi Pertumbuhan Kripto
Oscar menambahkan, faktor lain yang juga mendorong tren pertumbuhan transaksi adalah kondisi pasar aset digital yang menghijau. Seperti yang diketahui, harga Bitcoin berhasil melejit ke atas level Rp1 miliar per koin. Hal itu secara tidak langsung ikut mengerek pergerakan alternative coin (altcoin) ke posisi yang lebih baik.
“Investor dan trader cenderung melakukan transaksi lebih aktif, yang akhirnya menyebabkan peningkatan volume perdagangan signifikan,” tambah Oscar.
Sementara untuk saat ini, pergerakan Bitcoin diakuinya mungkin sedang berada pada titik rendah. Namun, kondisi tersebut berpotensi mengalami kenaikan secara bertahap dalam beberapa bulan ke depan.
Berdasarkan data CoinGecko, harga BTC pada awal Mei sempat mengalami koreksi hingga menyentuh level US$56.803 dan kembali terbang ke kisaran US$64.531 pada 6 Mei 2024. Sementara pada perdagangan hari ini (14/5), harga Bitcoin kembali turun ke level US$61.715.
Menurut Oscar, koreksi pasar adalah bagian alami dari perjalanan menuju kematangan pasar kripto. Sebab, selain menimbulkan ketidakpastian secara sementara, situasi itu juga bisa menjadi peluang bagi investor untuk masuk ke pasar.
“Jika dilihat dari riwayatnya, setelah koreksi, Bitcoin akan mengalami kenaikan, dan ini adalah kesempatan yang baik untuk memanfaatkan momen ‘buy the dip‘ di harga yang rendah,” tandasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.