Hukum  

BNPT latih guru jadi agen perdamaian lewat program “Sekolah Damai”



Jakarta (ANTARA) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberikan pelatihan kepada guru untuk menjadi agen perdamaian dalam lanjutan program Sekolah Damai di SMA 3 Semarang, Jawa Tengah, pada Senin (20/5).

 

Dilansir dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, pelaksanaan program ini kolaborasi antara BNPT dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Duta Damai Dunia Maya Provinsi Jawa Tengah, dan SMA 3 Semarang.

 

 

Kegiatan hari pertama program tersebut diisi dengan acara “Pelatihan Guru dalam Rangka Menumbuhkan Ketahanan Satuan Pendidikan dalam Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying”.

 

Mayjen Roedy menjelaskan, pendidik mempunyai tugas besar dalam menyelamatkan generasi bangsa. Ia juga menekankan bahwa pendidikan adalah panggung utama membentuk karakter generasi penerus bangsa.

 

Melalui program Sekolah Damai yang diisi dengan pelatihan, diskusi, dan kegiatan lain, satuan pendidikan mendapatkan pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda intoleransi, kekerasan, dan perundungan serta bagaimana individu bisa bertindak secara proaktif agar bisa mencegahnya.

 

“Kita juga membahas pentingnya membangun sikap empati, menghargai perbedaan, dan memperkuat solidaritas antara seluruh komunitas di satuan pendidikan,” kata dia.

 

Menurutnya, dengan menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung, hal itu tidak hanya memberikan tempat bagi siswa untuk berprestasi secara akademik, tetapi juga jadi tempat pertumbuhan holistik bagi setiap individu.

 

“Mari kita bersama menjadi agen perdamaian di setiap sekolah masing-masing untuk membimbing para pelajar menjadi generasi yang mampu menolak segala bentuk intoleransi dan kekerasan,” kata dia.

 

Ia juga menjelaskan, Sekolah Damai merupakan salah satu bagian dari tujuh program prioritas yang dicanangkan oleh Kepala BNPT Komjen Pol. Mohammad Rycko Amelza Dahniel.

 

Program tersebut diharapkan dapat menciptakan public resilience (ketahanan masyarakat) dan public awareness (kepedulian masyarakat) untuk menumbuhkembangkan ketahanan di satuan pendidikan dan lingkungan masyarakat.

 

“Harapannya, masyarakat dan para siswa memiliki daya tangkal, daya cegah, dan deteksi dalam melawan potensi intoleransi yang mengarah ke radikalisme dan tindak pidana terorisme,” kata dia.

 

Hari pertama “Sekolah Damai” pada Senin (20/5) diikuti lebih 100 guru dari berbagai SMA di Kota Semarang.


Lalu, pada hari kedua, Selasa (21/5), digelar kegiatan “Pelajar Cerdas Cinta Damai”. Habib Husein Ja’far Al Hadar dan tim dari Pusat Media Damai (PMD) BNPT akan memberikan materi tentang pencegahan intoleransi, kekerasan, dan perundungan.

Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *