Ada Referendum Berbasis Blockchain Menentang Pelantikan Putin



Mark Feygin, seorang aktivis oposisi di Rusia dan mantan pengacara band Pussy Riot, meluncurkan referendum pada aplikasi pemungutan suara berbasis blockchain. Tujuannya untuk menentang pelantikan Vladimir Putin sebagai presiden Rusia.

Referendum online lewat aplikasi Russia2024 ini adalah pemungutan suara protes pertama yang ditayangkan di Rusia pada tahun 2024, setelah 2 bulan audit dan dites oleh peretas white hat.

Pemungutan suara berbasis blockchain ini mengundang para warga negara Rusia untuk memberikan suara yang menentang pemilihan presiden (pilpres) Rusia.

Sebagai pengingat, pilpres diadakan di Rusia dari tanggal 15 hingga 17 Maret lalu. Pelantikan Putin sebagai presiden Rusia berlangsung pada hari Selasa (7/5) kemarin.

Pussy Riot adalah kelompok seni pertunjukan dan protes feminis Rusia yang terkenal dengan aktivitas politik dan penentangan mereka terhadap Putin. Salah satu pendiri band ini, Nadya Tolokonnikova, adalah pendukung lama kripto dan telah mengumpulkan jutaan dolar AS (USD), seperti lewat penjualan non-fungible token (NFT), untuk berbagai tujuan.

Mark Feygin mengatakan perbedaan pendapat di Rusia semakin berisiko dan opini publik semakin sulit dilacak.

“Sangat penting bagi kami untuk menyediakan jalur yang dapat diandalkan dan bebas pengawasan untuk protes dan pemungutan suara. Russia2024 dan teknologi yang mendasarinya telah memungkinkan hal tersebut,” terang Mark Feygin.

Pemungutan Suara Berbasis Blockchain dan Privasi

Russia2024, aplikasi pemungutan suara berbasis blockchain dan kriptografi zero-knowledge (ZK), dibuat menggunakan Freedom Tool dari Rarimo. Rarimo adalah protokol sosial yang mengutamakan privasi dan dikembangkan oleh Rarilabs yang berbasis di Kyiv, Ukraina.

Freedom Tool yang diperkenalkan pada bulan Februari lalu memungkinkan sarana protes. Hal tersebut memastikan warga dapat melakukan pemungutan suara, memilih, dan melakukan protes tanpa terlacak.

Cara kerja Russia2024, pengguna membuktikan kewarganegaraan dan kelayakan memilih mereka dengan menggunakan smartphone untuk memindai e-paspor yang dilengkapi chip yang menyimpan data biometrik pemegang paspor. Data tersebut kemudian diverifikasi, lalu surat suara anonim untuk pemungutan suara dan protes pemilu di aplikasi tersebut dikeluarkan.

Kriptografi ZK digunakan untuk memutuskan kaitan apa pun antara surat suara dengan data paspor. Hasil suara dipublikasikan langsung ke Arbitrum, yang merupakan blockchain layer-2 (L2) di Ethereum.

“Freedom Tool dibuat untuk membantu memberikan suara kepada orang-orang yang hidup di bawah rezim. Penerapan di Rusia adalah contoh awal bagaimana blockchain dan kriptografi ZK dapat memenuhi kebutuhan mendesak di seluruh dunia akan teknologi privasi,” kata Lasha Antadze, selaku co-founder Rarilabs.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto.

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *