Volkswagen pertimbangkan PHK karena tantangan ekonomi


Jakarta (ANTARA) –

Perusahaan otomotif asal Jerman Volkswagen dikabarkan tengah merencanakan serangkaian langkah drastis untuk memangkas biaya termasuk potensi PHK puluhan ribu pekerja dan pemotongan gaji minimal 10 persen.

 

Ditulis laman Arena EV, Kamis (31/10), rencana ini untuk menghindari penutupan hingga tiga pabrik di Jerman dan merupakan bagian dari strategi Volkswagen untuk menghadapi tantangan ekonomi.

 

Rencana Volkswagen untuk membekukan upah pada tahun 2025 dan 2026 telah memicu kemarahan di kalangan karyawan dan serikat pekerja.

Baca juga: Volkswagen meluncurkan asisten ChatGPT ke AS

IG Metall, serikat pekerja industri yang kuat di Jerman, telah mengancam akan melakukan pemogokan jika perusahaan melanjutkan tindakan “distopia” ini.

 

Tujuan dari tindakan drastis ini adalah untuk menghindari kemungkinan penutupan pabrik, yang akan menjadi peristiwa bersejarah bagi Volkswagen, karena sebelumnya mereka belum pernah menutup pabrik di negara asalnya. Meskipun lokasi spesifiknya masih dirahasiakan, tindakan ini jelas menunjukkan betapa seriusnya situasi tersebut

 

Perusahaan mengklaim bahwa kenaikan biaya energi dan tenaga kerja telah memberikan tekanan besar pada profitabilitasnya. Meskipun Volkswagen mencoba menyalahkan dominasi produsen kendaraan listrik China yang semakin meningkat atas masalah-masalahnya, hal itu dapat dengan mudah dikesampingkan karena penelitian Komisi Eropa sendiri menunjukkan bahwa mereka hanya menguasai pangsa pasar sebesar 14,1 persen.

 

Hal ini karena pada awal era EV, perusahaan memutuskan untuk memasarkan mobil listriknya ke pasar yang lebih tinggi.

Idenya adalah menjual mobil mahal terlebih dahulu dan di masa mendatang, menjual sisa-sisanya ke pasar massal. Ini adalah pilihan yang salah, menunjukkan betapa jauhnya dewan direksi Volkswagen dari kenyataan.

 

Masalah Volkswagen mencerminkan tren yang lebih luas di industri otomotif Jerman, yang tengah berjuang untuk beradaptasi dengan era listrik. Harga energi yang tinggi, permintaan yang lesu di Eropa dan Cina, serta lambatnya adopsi kendaraan listrik telah menciptakan badai yang dahsyat bagi produsen lokal.

 

 

 

Pewarta:
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *