Kenali jenis-jenis baterai mobil listrik berdasarkan bahan dasarnya


Jakarta (ANTARA) –

Mobil listrik telah menjadi solusi yang semakin populer untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sehingga ramah lingkungan.

Salah satu komponen paling penting dari mobil listrik adalah baterai, hal yang menentukan seberapa lama mobil dapat melaju dalam sekali pengisian baterai dan performa baterai pada mobil.

Terdapat beberapa jenis baterai yang digunakan dalam industri mobil listrik, masing-masing memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri.

Memahami perbedaan jenis-jenis baterai ini penting bagi konsumen yang ingin beralih ke mobil listrik dan mencari yang paling sesuai dengan kebutuhan, terutama dalam hal performa baterai dan daya tahan energi baterai.

Berikut ini adalah jenis-jenis baterai mobil listrik yang paling umum dan penggunaan bahan dasarnya.

1. Lithium-ion (Li-ion)


Baterai lithium-ion (Li-ion) adalah jenis yang paling umum digunakan di mobil listrik modern karena kepadatan energi yang tinggi dan rasio daya berat yang tinggi. Bahan dasar penyimpanan energinya berasal dari hydrogen dan komponen pembuatan sel menggunakan lithium.

 

Baterai Li-ion memiliki beberapa jenis, yakni LFP – Lithium Iron Phosphate (LiFePO4), NCA – Lithium Nickel Cobalt Aluminum Oxide (LiNiCoAlO2), LTO – Lithium Titanate (Li2TiO3), LMO – Lithium Manganese Oxide (LiMn2O4), dan LCO – Lithium Cobalt Oxide (LiCoO2).

 

Kelebihan lainnya adalah daya tahan yang baik, dengan umur pengisian ulang yang panjang, performa baik terhadap suhu tinggi, pengisian daya yang cepat, dan dapat didaur ulang.

 

2. Nickel-metal Hydride (NiMH)

 

Baterai Nickel-metal Hydride (NiMH) banyak digunakan di kendaraan hybrid karena ketahanannya yang baik, lebih lama, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan jenis baterai lainnya.

 

Dalam penyimpanan energinya, Baterai NiMH menggunakan hidrogen, dilengkapi nikel dan logam seperti titanium dalam mengatur aliran ion hidrogen.

 

Namun, dalam penggunaan baterai NiMH ini membutuhkan biaya yang relatif mahal, penurunan daya baterai yang cepat, dan mudah panas.

 

3. Lead-acid (SLA)


Baterai lead-acid (SLA) adalah jenis baterai tertua yang digunakan pada kendaraan, meskipun sekarang lebih jarang digunakan di mobil listrik modern.

 

Baterai ini memiliki keunggulan dalam biaya produksi yang lebih murah dan juga dapat didaur ulang, namun kelemahannya adalah jangka waktu pemakaian yang pendek, kapasitas yang lebih berat, serta kepadatan energi yang rendah, sehingga belum mendukung untuk penggunaan pada kendaraan listrik yang efisien.

 

4. Ultracapacitor


Ultracapacitor adalah jenis penyimpan energi yang berbeda dari baterai lainnya. Ultracapacitor tidak menyimpan energi dalam bentuk cairan seperti baterai biasa, melainkan menyimpan energi di antarmuka elektroda dan elektrolit ketika muncul tegangan.

 

Keunggulannya adalah kemampuan pengisian dan pelepasan daya yang sangat cepat.

 

Walaupun ultracapacitor memiliki kepadatan energi yang lebih rendah, sehingga tidak bisa menyimpan banyak energi untuk perjalanan jarak jauh, namun saat akselerasi dan pengereman dapat memberikan tenaga listrik tambahan.

 

5. Solid-State


Baterai solid-state dianggap sebagai pilihan baterai masa depan bagi kendaraan listrik. Hampir mirip dengan baterai Li-ion, baterai ini menggunakan elektrolit padat tanpa cairan, yang memberikan keunggulan berupa kepadatan energi yang 10 kali lebih tinggi dari Li-ion.

 

Selain itu, solid-state dapat memperpanjang jarak tempuh mobil listrik sekaligus mempercepat waktu pengisian daya serta kapasitas jejaknya pun kecil sehingga dapat hemat tempat.

 

6. Nickel Cadmium


Baterai Nickel Cadmium (NiCd) adalah jenis baterai yang sudah ada sejak tahun 90-an dan lebih jarang digunakan pada kendaraan listrik modern karena beberapa kelemahan, seperti baterai yang lebih berat dan penggunaan komponen beracun.

 

Meskipun baterai ini cukup tahan lama, siklus isi daya hanya sekitar 500-1.000 kali dan penyimpanan energi yang lebih besar, kerap terjadi penurunan performa baterai jika sudah terjadi siklus pengosongan.

 

Selain itu, bahan dasar kadmium yang digunakan nyatanya memiliki dampak buruk beracun terhadap lingkungan dan kesehatan.

 

Oleh karena itu, penggunaan Ni-Cd telah dilarang dan digantikan oleh baterai yang lebih aman dan efisien.

 

 

 

Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *